NASIONAL – Wakil Menteri Koperasi dan UKM, Ferry Juliantono, menyoroti kondisi Koperasi Unit Desa (KUD) yang dulunya berjaya namun kini banyak yang tidak aktif. Menurutnya, intervensi Dana Moneter Internasional (IMF) pada tahun 1998 menjadi salah satu penyebab utama runtuhnya KUD di Indonesia.
“KUD itu banyak yang kemudian tidak aktif lagi karena waktu IMF tahun 1998 memaksa pemerintah Indonesia untuk menarik peran negara dalam mengatur pangan dan pertanian, yang menjadikan KUD-KUD mati,” kata Ferry dalam pernyataannya di Bandung, Sabtu petang.
Ferry menjelaskan, sebelum krisis, KUD memiliki peran penting dalam menjaga kemandirian pangan nasional, termasuk keberhasilan Indonesia dalam swasembada beras. Namun setelah intervensi IMF, peran KUD berubah drastis. Banyak yang tadinya koperasi produktif justru berubah fungsi menjadi koperasi simpan pinjam semata.
Meski begitu, ia mengakui bahwa koperasi simpan pinjam resmi tetap memiliki peran positif, terutama dalam kondisi ekonomi saat ini yang rentan terhadap praktik rentenir dan pinjaman online ilegal.
“Perannya bagus. Hasil survei sosial ekonomi nasional menunjukkan masyarakat menjadikan koperasi simpan pinjam pilihan utama setelah bank. Kegiatan ini penting agar masyarakat tidak bergantung pada pinjaman online, rentenir, atau bank keliling yang mengenakan bunga tinggi,” ujarnya.
Ferry menambahkan, pemerintah tengah menyiapkan program baru yakni Koperasi Merah Putih, yang tidak hanya berfokus pada simpan pinjam, tapi juga mendorong koperasi kembali menjadi lembaga ekonomi produktif.
“Nanti hasil produksinya, semisal hasil panen pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, itu kan dikelola oleh koperasi,” ungkapnya.
Ia mencontohkan sejumlah sektor strategis yang akan digarap koperasi ke depan, seperti pertambangan, perkebunan kelapa sawit, hingga industri pengolahan. Pemerintah juga berencana menghidupkan kembali industri koperasi seperti gabungan koperasi batik dan koperasi susu.
“Dulu kita punya industri tekstil, pabrik tekstil, namanya gabungan koperasi batik. Kita mau hidupkan lagi sekarang. Ada gabungan koperasi susu, kita akan bikin pabrik pengolahan susu, mulai dari pasteurisasi sampai produksi susu UHT. Jadi koperasi harus gede,” jelas Ferry.
Di sisi lain, kajian dari berbagai sumber menunjukkan bahwa keruntuhan KUD tidak hanya disebabkan oleh intervensi IMF. Faktor lain seperti lemahnya daya saing, korupsi internal, ketergantungan pada subsidi pemerintah, hingga minimnya regenerasi dan inovasi juga memperparah kondisi.
Upaya kebangkitan kembali koperasi produktif diharapkan dapat mengembalikan peran strategis koperasi dalam pembangunan ekonomi nasional, terutama di sektor riil.